Rabu, 22 Oktober 2008

PENINGKATAN MUTU GURU

PENINGKATAN MUTU GURU

ABSTRAK

Dalam menghadapi persaingan global, sekolah harus menggerakkan semua sumber daya yang dimilikinya, terutama sumber daya manusia. Segala fasilitas, sarana dan prasarana lain tidak akan bisa berfungsi optimal jika tidak tersedia sumber daya manusia sebagai penggerak sistem. Keberadaan sekolah dalam kesehariannya juga sangat bergantung pada mutu sumber daya manusia, di samping komponen lain, yaitu kurikulum , sarana, dan prasarana.

Tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui bagaimana upaya pemerintah dan sekolah dalam mengembangkan mutu guru, kendala-kendala pengembangan mutu guru dan solusi alternatif yang dapat dijalankan dalam mengembangkan mutu guru.

Hasil pembahasan menunjukkan bahwa a). pemerintah dalam mengembangkan mutu guru mengupayakan pembinaan profesional yang dilaksanakan melalui program-program pembinaan proffesional. Sekolah dalam mengembangkan mutu gurunya mengirim guru-guru terbaiknya untuk meneruskan pendidikannya ke jenjang yang lebih tinggi. b) Kendala-kendala yang dihadapi dalam pengembangan mutu guru adalah : pengembangan mutu guru merupakan investasi yang hasilnya tidak bersifat instant (long term investment) , hasilnya baru dapat diketahui dalam waktu yang relatif lama, menuntut perencanaan dan pelaksanaan program yang berkesinambungan dan terus menerus, rawan terjadinya pembajakan atas guru dan tenaga kependidikan yang telah dilakukan up-grade. c) Solusi alternatif yang dapat dijalankan dalam mengembangkan mutu guru adalah perlunya kesinambungan dalam melakukan pembinaan/pengembangan mutu guru, perlunya menyusun sistem renumerasi, up-grade kemampuan akademik guru minimal sarjana S1 , pembangunan soft skill guru menyangkut sikap mental, karakter dan kepribadian, sehingga guru dapat memberikan keteladanan bagi para siswa.Penciptaan kondisi dan lingkungan kerja yang kondusif bagi pengembangan kemampuan guru.

Kata kunci : pengembangan mutu guru, up-grade guru

A. Latar Belakang Masalah

Dinamika perkembangan masyarakat yang semakin global dan maju, menuntut masyarakat untuk terus menyesuaikan diri dan mengikuti dinamika tersebut. Kemampuan untuk menyesuaikan diri dengan perubahan dunia menjadi keharusan yang berkorelasi dengan eksistensi diri. Masyarakat/komunitas yang mampu mengikuti perkembangan akan membawa peluang lebih besar untuk bertahan, demikian juga sebaliknya. Sekolah sebagai sebuah institusi pendidikan dengan segala problematikanya juga tidak bisa terlepas dari fenomena global ini.

Sumber daya manusia dalam suatu organisasi merupakan komponen utama bagi keberlangsungan hidupnya. Soekidjo Notoatmojo (2003) menyatakan bahwa sumber daya manusia bisa dilihat dari dua aspek, yaitu kuantitas dan mutu. Kuantitas menyangkut jumlah sumber daya manusia yang kurang penting kontribusinya dalam pembangunan, dibandingkan dengan aspek mutu. Bahkan kuantitas sumber daya manusia tanpa disertai dengan mutu yang baik akan menjadi beban pembangunan bagi suatu bangsa. Sedangkan mutu menyangkut mutu sumber daya manusia tersebut, yang menyangkut kemampuan, baik kemampuan fisik, maupun kemampuan non fisik (kecerdasan dan mental).

Faktor sarana dan prasarana, sistem, dan bahan merupakan komponen yang sifatnya komplemen terhadap sumber daya manusia. Segala fasilitas, sarana dan prasarana lain tidak akan bisa berfungsi optimal jika tidak tersedia sumber daya manusia sebagai penggerak sistem. Keberadaan sekolah dalam kesehariannya juga sangat bergantung pada mutu sumber daya manusia, di samping komponen lain, yaitu kurikulum , sarana, dan prasarana.

Dalam pemikiran yang semakin maju sekolah haruslah dipahami sebagai suatu industri jasa yang bisnis utamanya adalah servis pendidikan. Pemikiran ini tidak berarti menyetujui dilakukannya industrialisasi dan komersialisasi pendidikan. Nilai utama yang hendak diadopsi dari konsep industri jasa bagi sekolah adalah profesionalisme pengelolaan dan profesionalisme pelayanan. Dengan konsep ini, maka penyelenggaraan sekolah dituntut untuk semakin baik dalam memberikan pelayanan pendidikan kepada siswa dan orang tua siswa maupun masyarakat luas sebagai stake holder-nya. Peningkatan layanan pendidikan terkait erat dengan ketersediaan sarana pendidikan yang prima, sistem, dan kurikulum yang marketable, dan yang sangat penting adalah ketersediaan guru dan tenaga kependidikan lain.

Makalah ini mencoba untuk memaparkan pentingnya pembangunan sumber daya guru di sekolah. Pemikiran tersebut sangat terasa pentingnya mengingat ketatnya kompetisi sekolah-sekolah yang sudah ada bahkan diperparah dengan menjamurnya sekolah-sekolah baru yang notabene adalah kompetitor baru. Sekolah yang tidak segera mengambil sikap atas fenomena ini, dapatlah dipastikan akan tersingkir dari persaingan.

B. Upaya Peningkatan Mutu Guru

Pembangunan sumber daya manusia mempunyai peranan yang sangat penting bagi kesuksesan dan kesinambungan pembangunan nasional. Pendidikan merupakan wadah yang tepat dalam upaya peningkatan kualitas sumber daya manusia. Konsekuensinya, pembangunan di bidang pendidikan mutlak harus diutamakan dan dioptimalkan.

Permasalahan yang dihadapi dunia pendidikan di Indonesia adalah pemerataan, mutu, relevansi serta manajemen pendidikan. Peningkatan mutu pendidikan dirasa penting saat ini setelah setiap institusi pendidikan harus memperjuangkan nasibnya sendiri.

Pengembangan sumber daya manusia secara makro penting dalam rangka mencapai tujuan-tujuan pembangunan institusi pendidikan secara efektif. Pengembangan sumber daya manusia terarah dan terencana disertai pegelolaan yang baik akan dapat menghemat sumber daya yang lain. Proses pengembangan sumber daya manusia adalah suatu conditio sine quanon , yang harus ada dan terjadi di suatu sekolah.

Dalam pelaksanaan pengembangan sumber daya guru perlu mempertimbangkan beberapa faktor, yaitu faktor eksternal dan faktor internal. Faktor internal pengembangan sumber daya guru meliputi misi dan tujuan sekolah, strategi pencapaian tujuan, sifat dan jenis kegiatan, dan jenis teknologi yang digunakan. Sedangkan faktor eksternalnya meliputi kebijaksanaan pemerintah, sosial dan budaya masyarakat, dan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (Soekidjo Notoatmodjo, 2003).

Mutu sumber daya guru dalam penyelenggaraan layanan pendidikan merupakan roh dari suatu sekolah. Soft property ini akan menggerakkan kurikulum dan sarana prasarana sekolah yang lain (hard property) sehingga tersenggaralah layanan pendidikan. Peran sumber daya manusia yang sedemikian penting tidak berarti guru menjadi pusat dan sumber belajar utama.

Guru dalam proses pembelajaran lebih berfungsi sebagai motivator dan fasilitator bagi siswa untuk mengembangkan potensi secara optimal, dengan mendaya gunakan semua sarana pembelajaran yang tersedia dan sistem pembelajaran yang kondusif bagi pengembangan kepribadian siswa. Artinya, guru dengan kemampuan profesionalnya harus mempunyai kemampuan untuk mendorong siswa untuk maju dan berkembang menggali potensi dan kemampuan dirinya , dengan dukungan sarana yang ada. Peran guru sebagai motivator dan fasilitator tidak akan bisa tergantikan dengan ketersediaan sarana maupun kesempurnan sistem kurikulum. Atas dasar pemikiran tersebut, maka up-grade kemampuan profesional guru menjadi suatu keharusan yang tidak boleh diabaikan.

Di era globalisasi ini, perluasan pendidikan secara linier dan konvensional (dengan penekanan struktural pada dunia pendidikan ) akan mahal. Aplikasi teknologi informasi menjanjikan alternatif untuk menerobos hambatan pendekatan konvensional .

Pemerintah telah berupaya mengembangkan mutu guru melalui berbagai program dan kebijaksanaan. Program sertifikasi, pendidikan profesi, MGMP, KKG, dan sebagainya. Untuk dapat meningkatkan mutunya, guru sebaiknya selalu mengembangkan pengetahuannya, sehingga dengan mudah dapat meng-up-grade ilmu pengetahuan sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.

Salah satu caranya yaitu dengan pembinaan profesional secara online . Pembinaan profesional secara online ini dapat membantu guru memasukkan teknologi ke dalam kurikulum pelajaran, meningkatkan keahliannya, dan menyediakan ide-ide segar untuk dihadirkan di kelas. Selain itu, guru juga dapat mempelajari strategi-strategi baru dalam mengajar dan berkolaborasi dengan guru lain (George, Melinda ; 2007).

Matzen, etc (2007) dalam penelitiannya menyimpulkan bahwa penggunaan teknologi di ruang kelas dapat mendukung kelancaran pembelajaran yang terpusat pada siswa.

Pemerintah Indonesia bersama pemerintah Belanda dan Bank Dunia meluncurkan program Bermutu- Better Education Through Reformed Management and Universal Teacher Upgrading – sebuah program terintegrasi dalam menangani manajemen guru di Indonesia , khususnya peningkatan mutu guru, pada tahun 2003. Program Bermutu ini merupakan salah satu upaya pemerintah dalam rangka meningkatkan mutu guru di Indonesia.

Sudah banyak usaha-usaha yang dilaksanakan untuk meningkatkan kualitas pendidikan, khususnya kualitas guru dan pendidikan guru yang dilaksanakan oleh pemerintah. Namun patut disayangkan usaha-usaha untuk meningkatkan kualitas guru dan pendidikan guru tersebut dilaksanakan berdasarkan pandangan dari "luar kalangan guru ataupun luar pendidikan guru". Terlalu banyak kebijaksanaan di bidang pendidikan yang bersifat teknis diambil dengan sama sekali tidak mendengarkan suara guru. Pengambilan keputusan yang menyangkut guru di atas seakan-akan melecehkan guru sebagai seseorang yang memiliki "kepribadian".

C. Permasalahan Pengembangan Mutu Guru

Dalam tataran praktis , pengembangan mutu guru terkendala oleh beberapa pandangan, antara lain :

1. Pengembangan mutu guru merupakan investasi yang hasilnya tidak bersifat instant (long term investment) . Sedangkan dalam tataran praktis masyarakat cenderung menginginkan perubahan dan perkembangan yang sifatnya riil dan kongkrit.

2. Pengembangan mutu guru mengarah pada peningkatan soft skill , yang tidak terwujud secara fisik. Dengan demikian, perubahan sebagai dampak dari investasi akan dapat diketahui hasilnya dalam waktu yang relatif lama.

3. Pengembangan mutu guru menuntut perencanaan dan pelaksanaan program yang berkesinambungan dan terus menerus. Sebagai pembelajar guru dituntut untuk secara terus-menerus meng-up-grade pengetahuannya mengikuti dinamika ilmu pengetahuan dan teknologi . Aspek kesinambungan ini juga didasari dengan pemikiran perlunya refresh atas kemampuan yang telah dikuasai sebelumnya. Tanpa pengembangan yang berkesinambungan, maka kompetensi yang telah diperoleh akan semakin memudar seiring dengan berjalannya waktu.

4. Rawan terjadinya pembajakan atas guru dan tenaga kependidikan yang telah dilakukan up-grade , oleh institusi lain dengan berbagai motivasi.

Kenyataan bahwa program pengembangan mutu guru mempunyai korelasi yang positif dengan eksistensi sekolah, maka kendala yang ada dalam tataran praktis patut dicari solusinya. Sekolah dengan segala keberadaannya harus mampu merancang program pengembangan guru yang akan dirancang hendaknya mengacu pada kompetensi minimal guru, yaitu kompetensi paedagogik, kepribadian, proffesional, dan sosial. Hal ini sesuai dengan PP RI No. 19 / 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan Pasal 28 (Sawali Tuhusetya, 2007). Dalam konteks tersebut, maka kompetensi guru dapat diartikan sebagai kebulatan pengetahuan, ketrampilan, dan sikap yang diwujudkan dalam bentuk seperangkat tindakan cerdas dan penuh tanggung jawab yang dimiliki seorang guru untuk memangku jabatan sebagai profesi.

D. Solusi Alternatif Pengembangan Mutu Guru

Berdasarkan pembahasan di atas, maka solusi alternatif pengembangan mutu guru dapat dijabarkan sebagai berikut :

1. Perlunya kesinambungan dalam melakukan pembinaan/pengembangan mutu guru. Diharapkan, di akhir pelatihan guru menyadari akan pentingnya penguasaan atas materi-materi sebagai bagian dari pengembangan kemampuan guru. Memang diperlukan investasi awal yang cukup besar terhadap kegiatan ini, akan tetapi jika dibandingkan dengan manfaat yang akan diperoleh, maka kiranya faktor biaya bukan menjadi prioritas.

Ada tiga kegiatan penting yang diperlukan oleh guru untuk bisa meningkatkan kualitasnya sehingga bisa terus menanjak pangkatnya sampai jenjang kepangkatan tertinggi. Pertama para guru harus memperbanyak tukar pikiran tentang hal-hal yang berkaitan dengan pengalaman mengembangkan materi pelajaran dan berinteraksi dengan peserta didik. Tukar pikiran tersebut bisa dilaksanakan dalam perternuan guru sejenis di sanggar kerja guru, ataupun dalam seminar-seminar yang berkaitan dengan hal itu. Kegiatan ilmiah ini hendaknya selalu mengangkat topik pembicaraan yang bersifat aplikatif. Artinya, hasil pertemuan bisa digunakan secara langsung untuk meningkatkan kualitas proses belajar mengajar. Hanya perlu dicatat, dalam kegiatan ilmiah semacam itu hendaknya faktor-faktor yang bersifat struktural administrative harus disingkirkan jauh-jauh. Misalnya, tidak perlu yang memimpin pertemuan harus kepala sekolah.

Kedua, akan lebih baik kalau apa yang dibicarakan dalam pertemuan-pertemuan ilmiah yang dihadiri para guru adalah merupakan hasil penelitian yang dilakukan oleh para guru sendiri. Dengan demikian guru harus melakukan penelitian. Untuk ini perlulah anggapan sementara ini bahwa penelitian hanya dapat dilakukan oleh para akademisi yang bekerja di perguruan tinggi atau oleh para peneliti di lembaga-lembaga penelitian harus dibuang jauh-jauh. Justru sekarang ini perlu diyakini pada semua fihak bahwa hasil-hasil penelitian-penelitian tentang apa yang terjadi di kelas dan di sekolah yang dilakukan oleh para guru adalah sangat penting untuk meningkatkan kualitas pendidikan. Sebab para gurulah yang nyata-nyata memahami dan manghayati apa yang terjadi di sekolah, khususnya di kelas.

Masih terlalu banyak masalah-masalah yang berkaitan dengan proses belajar mengajar di kelas yang sampai saat ini belum terpecahkan dan perlu untuk dipecahkan. Misalnya, langkah-langkah apa harus dilaksanakan untuk menghadapi murid yang malas atau mempunyai jati diri yang rendah atau pemalu di kelas. Bagaimana mendorong peserta didik agar mempunyai motivasi untuk membaca. Bagaimana cara menanggulangi peserta didik yang senantiasa mengganggu temannya. Masalah-masalah di atas jarang diteliti, kalaupun pernah diteliti maka pendekatannya terlalu teoritis akademis sehingga tidak dapat diterapkan dalam praktek proses belajar mengajar sesungguhnya.

Ketiga, guru harus membiasakan diri untuk mengkomunikasikan hasil penelitian yang dilakukan, khususnya lewat media cetak. Untuk itu tidak ada alternatif lain bagi guru meningkatkan kemampuan dalam menulis laporan penelitian (http://pakguruonline.pendidikan.net).

2. Perlunya menyusun sistem renumerasi yang mendorong guru merasa nyaman dan sejahtera berada di sekolahnya sendiri. Sistem renumerasi yang kompetitif, akan dapat membentengi guru-guru dari pembajakan oleh institusi lain.

3. up-grade kemampuan akademik guru minimal sarjana S1 ke jenjang S2 dan S3. Up-grade ini akan semakin terasa pentingnya mengingat tantangan global yang sedang dihadapi guru. Pengiriman guru-guru terbaik untuk mengikuti program ini diharapkan meningkatkan semangat guru dan tenaga kependidikan lainnya untuk berkompetisi secara sehat dalam melaksanakan tugasnya.

4. Pembangunan soft skill guru menyangkut sikap mental, karakter dan kepribadian, sehingga guru dapat memberikan keteladanan bagi para siswa.

5. Penciptaan kondisi dan lingkungan kerja yang kondusif bagi pengembangan kemampuan guru, sekaligus menumbuhkan kepuasan kerja. Kepuasan dalam bekerja ditentukan oleh tiga faktor, yaitu gaji yang sesuai, adanya kebebasan untuk berpikir, dan mengembangkan kreativitasnya, dan penghargaan atas pekerjaan yang dilakukan. Kondisi kerja yang baik akan membuat seseorang diterima dan nyaman dalam lingkungan kerja sehingga akan menjadi pekerjaan yang dilakukan secara sukarela dan tanpa paksaan.

Keberhasilan sekolah sebagai institusi pendidikan akan banyak tergantung pada bagaimana kualitas guru dan tenaga kependidikannya. Sekolah yang baik selalu memiliki guru yang baik demikian juga tidak pernah terjadi sekolah yang siswa baik tetapi gurunya tidak baik. Pemahaman ini semakin menguatkan bahwa guru dalam suatu bisnis pendidikan merupakan subjek yang menjadi roh dan menggerakkan komponen yang lainnya. Kegagalan dalam menyiapkan dan merancang pengembangan sumber daya guru, merupakan petaka yang akan membawa ke jurang kehancuran. Sebaliknya , kesadaran untuk mengembangkan kualitas sumber daya guru sejak dini, memberikan bekal kuat bagi sekolah untuk memasuki persaingan global. Guru yang berkualitas berkemampuan menghadirkan pembelajaran dengan kualitas prima, sebaliknya ketersediaan sarana tanpa guru yang baik, adalah sia-sia.

E. PENUTUP

Berdasarkan pembahasan di atas, dapat disimpulkan bahwa :

1. Pemerintah dalam mengembangkan mutu guru mengupayakan pembinaan profesional yang dilaksanakan melalui program-program pembinaan profesional seperti pendidikan profesi, sertifikasi, MGMP, KKG, dan sebagainya. Sekolah dalam mengembangkan mutu gurunya mengirim guru-guru terbaiknya untuk mengikuti pembinaan profesional yang diprogramkan oleh Pemerintah dan mengirim mereka untuk meneruskan pendidikannya ke jenjang yang lebih tinggi..

2. Kendala-kendala yang dihadapi dalam pengembangan mutu guru adalah :

a. Pengembangan mutu guru merupakan investasi yang hasilnya tidak bersifat instant (long term investment) .

b. Pengembangan mutu guru baru dapat diketahui hasilnya dalam waktu yang relatif lama.

c. Pengembangan mutu guru menuntut perencanaan dan pelaksanaan program yang berkesinambungan dan terus menerus.

d. Rawan terjadinya pembajakan atas guru dan tenaga kependidikan yang telah dilakukan up-grade , oleh institusi lain dengan berbagai motivasi.

3. Solusi alternatif yang dapat dijalankan dalam mengembangkan mutu guru.

a. Perlunya kesinambungan dalam melakukan pembinaan/pengembangan mutu guru.

b. Perlunya menyusun sistem renumerasi yang mendorong guru merasa nyaman dan sejahtera berada di sekolahnya sendiri.

c. up-grade kemampuan akademik guru minimal sarjana S1 ke jenjang S2 dan S3.

d. Pembangunan soft skill guru menyangkut sikap mental, karakter dan kepribadian, sehingga guru dapat memberikan keteladanan bagi para siswa.

e. Penciptaan kondisi dan lingkungan kerja yang kondusif bagi pengembangan kemampuan guru, sekaligus menumbuhkan kepuasan kerja.

DAFTAR PUSTAKA

ÿ George , Melinda . 2007. Online Learning Communities: The Next Generation of Proffesional Development. Multimedia & Internet @ schools Vol 14 6th edt pg 14 :Medford. Akses dari http://www.proquest.umi.com tanggal 20 Juni 2008

ÿ Matzen, Nita J, etc . 2007. Technology as a Catalyst for Change: The Role of Proffesional Development . Journal of Research on Technology in Education . Vol 39 4th edt pg 417 : Eugene . Akses dari http://www.proquest.umi.com tanggal 20 Juni 2008

ÿ Soekidjo Notoatmodjo. 2003. Pengembangan Sumber Daya Manusia . Penerbit Rineka Cipta : Jakarta

ÿ http://pakguruonline.pendidikan.net/pradigma_pdd_ms_depan_32.html akses tanggal 26 Juni 2008

Tidak ada komentar: